Pernahkah
Anda menjumpai orang yang tidak mau minum obat sama sekali karena takut
pada efek sampingnya? Ada anggapan bahwa sering minum obat tidak baik
karena bisa merusak ginjal atau liver. Ada pasien di rumah sakit yang
tidak meminum obat pemberian dokter karena takut terhadap efek samping
obat sehingga obat disembunyikan dan dibiarkan menumpuk hingga satu
kantung kresek. Sebenarnya seberapa besar bahaya efek samping obat?
Apakah setiap orang pasti akan mengalami efek samping obat? Bolehkah
berhenti minum obat tanpa saran dari dokter? Ulasan berikut ini semoga
bisa menambah pemahaman kita tentang efek samping obat.
Efek
samping obat (ESO) adalah efek tidak dikehendaki (karena membahayakan)
yang ditimbulkan oleh obat. ESO bisa timbul segera setelah minum obat
atau bisa juga baru terjadi setelah obat diminum bertahun-tahun. Sebagai
contoh ada orang yang setiap minum obat penghilang rasa sakit (misal
asam mefenamat) lambungnya langsung terasa perih dan sakit. Pada kasus
lain ada yang mengalami osteoporosis (keropos tulang). Setelah
ditelusuri ternyata akibat minum obat golongan kortikosteroid (misal
deksametason) setiap hari dalam waktu berbulan-bulan.
Obat pada
dasarnya adalah senyawa kimia yang memberikan efek tertentu pada tubuh.
Efek tersebut bisa berupa efek yang dikehendaki karena memberikan efek
pengobatan, namun bisa juga disertai efek yang tidak dikehendaki atau
dikenal sebagai efek samping. ESO bisa muncul dalam berbagai bentuk dan
tingkat keparahan. Efek samping ringan misalnya mengantuk, gatal,
sembelit, sampai efek samping yang berat seperti gagal ginjal, kerusakan
liver, gangguan pembentukan sel darah dan sebagainya.
Obat
bisa menimbulkan efek samping karena dapat memengaruhi fungsi fisiologi
pada lebih dari satu organ tubuh kita. Di salah satu organ menimbulkan
efek pengobatan, tapi di organ lain menimbulkan efek membahayakan.
Sebagai contoh propanolol, suatu obat antihipertensi. Pada organ
jantung propanolol menimbulkan efek menurunnya kecepatan dan kekuatan
kontraksi otot jantung sehingga volume darah yang dipompa jantung
berkurang akhirnya tekananan darah menjadi turun. Namun, pada otot
saluran pernafasan obat tersebut menimbulkan efek kejang otot hingga
otot saluran nafas menyempit dan menyebabkan sesak nafas. Oleh sebab
itu, pasien hipertensi yang meminum propanolol tekanan darahnya bisa
turun, namun beberapa dari pasien tersebut ada yang mengalami efek
samping sesak nafas.
Apakah setiap orang bila minum obat
semisal asam mefenamat pasti mengalami efek samping perih lambung?
Ternyata tidak. Ada orang setelah minum asam mefenamat lambungnya
baik-baik saja. Tapi sebagian ada yang merasa lambungnya perih bahkan
sakit yang luar biasa sampai harus dibawa ke UGD. Terjadinya efek
samping obat dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, faktor genetik.
Berdasarkan hasil penelitian, variasi genetik bisa mempengaruhi
kemungkinan seseorang akan mengalami efek samping obat atau tidak
mengalaminya. Meskipun dewasa ini belum dilakukan, kelak pemeriksaan
genetik dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan obat.
Kedua, faktor dosis obat. Beberapa obat ada yang efek samping atau
toksisitasnya muncul bila diberikan pada dosis besar. Oleh sebab itu,
mengapa sangat penting untuk mematuhi takaran minum obat. Ketiga, minum
beberapa obat pada waktu bersamaan. Minum dua macam obat atau lebih
sekaligus dapat mengakibatkan terjadinya reaksi antarobat di dalam tubuh
kita sehingga salah satu obat muncul toksisitasnya. Untuk mewaspadai
hal ini Anda bisa bertanya pada dokter atau tenaga farmasis tentang
aturan waktu ketika akan meminum masing-masing obat. Keempat, riwayat
penyakit. Pada orang yang memiliki riwayat sakit maag, minum asam
mefenamat dapat memperparah perih lambung. Oleh sebab itu, apabila
berobat beritahukan riwayat penyakit Anda sehingga dokter atau apoteker
dapat memberikan obat yang tepat sesuai kondisi Anda. Untuk penderita
dengan riwayat sakit maag, bila membutuhkan obat penghilang rasa nyeri
akan diberi obat yang tidak menimbulkan efek samping perih lambung.
Kembali pada pertanyaan di atas, benarkah sikap kita bila tidak mau
minum obat karena takut bahaya efek sampingnya? Padahal ternyata ESO
belum tentu terjadi selama kita mematuhi aturan penggunaannya. Di sisi
lain penyakit kronis yang butuh pengobatan terus menerus seperti
diabetes, hipertensi, epilepsi, stroke, sangat berbahaya bila obat
dihentikan. Penyakitnya bisa kambuh dan bertambah parah bahkan berakibat
terjadi kematian. Misalnya orang yang pernah mengalami serangan stroke.
Salah satu obatnya adalah asetosal yang berkhasiat mencegah sumbatan
pembuluh darah. Bila obat tersebut dihentikan minumnya, stroke akan
kambuh dan berdampak lebih buruk. Pasien akan mengalami kelumpuhan atau
cacat permanen bahkan tidak jarang pula yang berakhir pada kematian.
Dengan demikian, sebelum efek samping yang dikhawatirkan benar-benar
terjadi, ternyata pasien justru bisa meninggal akibat pengobatan yang
dihentikan.
Dalam meresepkan obat, dokter tentu sudah
mempertimbangkan efek samping tiap obat yang diberikan. Namun demikian,
dengan berpegang pada prinsip selama rasio antara manfaat dan risiko
efek samping obat masih lebih besar manfaatnya, maka obat akan tetap
diberikan demi kesembuhan dan keselamatan jiwa pasien. Tentunya dengan
tetap waspada ESO melalui pemantauan terhadap parameter pemeriksaan
laboratorium. Nah, dengan penjelasan di atas, apakah Anda masih takut
(Endang Susilowati, S.Si., M.Farm-klin, Apt. Dosen AKFAR Putra Indonesia Malang)
sumber: www.facebook.com/swamedikasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar